Selasa, 15 November 2016

GEOLISTRIK



BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang Masalah
Geolistrik merupakan salah satu metode geofisika yang mempelajari sifat aliran listrik di  dalam bumi dan bagaimana cara mendeteksinya di permukaan bumi. Dalam hal ini meliputi  pengukuran potensial, arus dan medan elektromagnetik yang terjadi baik secara alamiah  ataupun akibat injeksi arus ke dalam bumi.  Ada beberapa macam metode geolistrik, antara  lain : metode potensial diri, arus telluric, magnetoteluric, elektromagnetik, IP (Induced  Polarization), resistivitas (tahanan jenis) dan lain-lain. 
Metode geolistrik ini digunakan untuk memperkirakan sifat kelistrikan medium atau formasi batuan bawah-permukaan terutama kemampuannya untuk menghantarkan atau menghambat listrik. Dengan adanya metode ini kita dapat memperkirakan sifat kelistikan batuan bawah permukaan tanah.
Untuk dapat menerapkan metode geolistrik dengan semprna kita harus dapat mengetahui tata cara penggunaan metode geolistrik. Penggunan metode geolistrik ini dengan menginjeksikan arus listrik di bawah permukaan tanah melalui dua buah elektroda arus listrik.











1.2  Rumusan Masalah
1.      Apa itu metode geoistrik ?
2.      Bagaimana cara kerja metode geolistrik ?
3.      Apa kegunaan geolistrik ?
4.      Bagaimana konvigurasi metode geolistrik ?

1.3  Tujuan Penulisan
1.      Untuk mengetahui metode geolistrik
2.      Untuk mengetahui cara kerja metode geolistrik
3.      Untuk mengetahui kegunaan geolistrik
4.      Untuk mengetahui konvigurasi metode geolistrik



















BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Metode Geolistrik
Penggunaan geolistrik pertama kali dilakukan oleh Conrad Schlumberger pada tahun 1912. Geolistrik merupakan salah satu metode geofisika untuk mengetahui perubahan tahanan jenis lapisan batuan di bawah permukaan tanah dengan cara mengalirkan arus listrik DC (‘Direct Current’) yang mempunyai tegangan tinggi ke dalam tanah. Injeksi arus listrik ini menggunakan 2 buah ‘Elektroda Arus’ A dan B yang ditancapkan ke dalam tanah dengan jarak tertentu. Semakin panjang jarak elektroda AB akan menyebabkan aliran arus listrik bisa menembus lapisan batuan lebih dalam.
Dengan adanya aliran arus listrik tersebut maka akan menimbulkan tegangan listrik di dalam tanah. Tegangan listrik yang terjadi di permukaan tanah diukur dengan  penggunakan multimeter yang terhubung melalui 2 buah ‘Elektroda Tegangan’ M dan N yang jaraknya lebih pendek dari pada jarak elektroda AB. Bila posisi jarak elektroda AB diubah menjadi lebih besar maka tegangan listrik yang terjadi pada elektroda MN ikut berubah sesuai dengan informasi jenis batuan yang ikut terinjeksi arus listrik pada kedalaman yang lebih besar.
Dengan asumsi bahwa kedalaman lapisan batuan yang bisa ditembus oleh arus listrik ini sama dengan separuh dari jarak AB yang biasa disebut AB/2 (bila digunakan arus listrik DC murni), maka diperkirakan pengaruh dari injeksi aliran arus listrik ini berbentuk setengah bola dengan jari-jari AB/2.
http://ptbudie.files.wordpress.com/2010/12/cara-kerja-metode-geolistrik.jpg?w=600&h=409

2.2  Cara Kerja Metode Geolistrik
Umumnya metode geolistrik yang sering digunakan adalah yang menggunakan 4 buah elektroda yang terletak dalam satu garis lurus serta simetris terhadap titik tengah, yaitu 2 buah elektroda arus (AB) di bagian luar dan 2 buah elektroda tegangan (MN) di bagian dalam.
Kombinasi dari jarak AB/2, jarak MN/2, besarnya arus listrik yang dialirkan serta tegangan listrik yang terjadi akan didapat suatu harga tahanan jenis semu (‘Apparent Resistivity’). Disebut tahanan jenis semu karena tahanan jenis yang terhitung tersebut merupakan gabungan dari banyak lapisan batuan di bawah permukaan yang dilalui arus listrik.
Bila satu set hasil pengukuran tahanan jenis semu dari jarak AB terpendek sampai yang terpanjang tersebut digambarkan pada grafik logaritma ganda dengan jarak AB/2 sebagai sumbu-X dan tahanan jenis semu sebagai sumbu Y, maka akan didapat suatu bentuk kurva data geolistrik. Dari kurva data tersebut bisa dihitung dan diduga sifat lapisan batuan di bawah permukaan.


2.3  Kegunaan Geolistrik
Mengetahui karakteristik lapisan batuan bawah permukaan sampai kedalaman sekitar 300 m sangat berguna untuk mengetahui kemungkinan adanya lapisan akifer yaitu lapisan batuan yang merupakan lapisan pembawa air. Umumnya yang dicari adalah ‘confined aquifer’ yaitu lapisan akifer yang diapit oleh lapisan batuan kedap air (misalnya lapisan lempung) pada bagian bawah dan bagian atas. ‘Confined’ akifer ini mempunyai ‘recharge’ yang relatif jauh, sehingga ketersediaan air tanah di bawah titik bor tidak terpengaruh oleh perubahan cuaca setempat. Metode geolistrik digunakan untuk eksplorasi diantaranya adalah:
1.      Eksplorasi Batubara
Salah satu metoda geofisika yang dapat digunakanuntuk memperkirakan keberadaan dan ketebalan batubara di bawah permukaan adalah metodageolistrik tahanan jenis. Metoda geolistrik dapatmendeteksi lapisan batubara pada posisi miring,tegak dan sejajar bidang perlapisan di bawahpermukaan akibat perbedaan resistansi perlapisan batuan yang satu dengan yang lain, karena padaumumnya batubara memiliki harga resistansi tertentu.
2.      Eksplorasi Geothermal
Dalam eksplorasi panas bumi digunakan metodegeolistrik tahanan jenis untuk memetakan hargatahanan jenis batuan di daerah penelitian dalamrangka menentukan daerah konduktif yangmerupakan batas reservoir sistem panasbumi.
Peninjauan yang dilakukan dengan cara profilinguntuk memperoleh gambaran umum daerahprospek panasbumi.
3.      Eksplorasi Mineral
Dalam eksplorasi mineral digunakan metodegeolistrik polarisasi terimbas.Mengenai polarisasi yang terjadi pada batuan dantanah adalah melingkupi penyebaran atau difusiion-ion menuju mineral-mineral logam danpergerakan ion-ion didalam pore-fillingelektrolit. Yang menjadi efek utama ataumekanisme utama yang terjadi dalam suatuproses polarisasi adalah polarisasi elektroda atauelectrode polarization dan polarisasi membraneatau membrane polarization.

2.4  Konfigurasi Metode Geolistrik
Metode geolistrik terdiri dari beberapa konfigurasi, misalnya yang ke 4 buah elektrodanya terletak dalam satu garis lurus dengan posisi elektroda AB dan MN yang simetris terhadap titik pusat pada kedua sisi yaitu konfigurasi Wenner dan Schlumberger. Setiap konfigurasi mempunyai metode perhitungan tersendiri untuk mengetahui nilai ketebalan dan tahanan jenis batuan di bawah permukaan. Metode geolistrik konfigurasi Schlumberger merupakan metode favorit yang banyak digunakan untuk mengetahui karakteristik lapisan batuan bawah permukaan dengan biaya survei yang relatif murah.
Umumnya lapisan batuan tidak mempunyai sifat homogen sempurna, seperti yang dipersyaratkan pada pengukuran geolistrik. Untuk posisi lapisan batuan yang terletak dekat dengan permukaan tanah akan sangat berpengaruh terhadap hasil pengukuran tegangan dan ini akan membuat data geolistrik menjadi menyimpang dari nilai sebenarnya. Yang dapat mempengaruhi homogenitas lapisan batuan adalah fragmen batuan lain yang menyisip pada lapisan, faktor ketidakseragaman dari pelapukan batuan induk, material yang terkandung pada jalan, genangan air setempat, perpipaan dari bahan logam yang bisa menghantar arus listrik, pagar kawat yang terhubung ke tanah dsbnya.
‘Spontaneous Potential’ yaitu tegangan listrik alami yang umumnya terdapat pada lapisan batuan disebabkan oleh adanya larutan penghantar yang secara kimiawi menimbulkan perbedaan tegangan pada mineral-mineral dari lapisan batuan yang berbeda juga akan menyebabkan ketidak-homogenan lapisan batuan. Perbedaan tegangan listrik ini umumnya relatif kecil, tetapi bila digunakan konfigurasi Schlumberger dengan jarak elektroda AB yang panjang dan jarak MN yang relatif pendek, maka ada kemungkinan tegangan listrik alami tersebut ikut menyumbang pada hasil pengukuran tegangan listrik pada elektroda MN, sehingga data yang terukur menjadi kurang benar.
Untuk mengatasi adanya tegangan listrik alami ini hendaknya sebelum dilakukan pengaliran arus listrik, multimeter diset pada tegangan listrik alami tersebut dan kedudukan awal dari multimeter dibuat menjadi nol. Dengan demikian alat ukur multimeter akan menunjukkan tegangan listrik yang benar-benar diakibatkan oleh pengiriman arus pada elektroda AB. Multimeter yang mempunyai fasilitas seperti ini hanya terdapat pada multimeter dengan akurasi tinggi.
1.      Konfigurasi Wenner
http://ptbudie.files.wordpress.com/2010/12/konfigurasi-wenner.jpg?w=600&h=113
Konfigurasi Wenner
Keunggulan dari konfigurasi Wenner ini adalah ketelitian pembacaan tegangan pada elektroda MN lebih baik dengan angka yang relatif besar karena elektroda MN yang relatif dekat dengan elektroda AB. Disini bisa digunakan alat ukur multimeter dengan impedansi yang relatif lebih kecil.
Sedangkan kelemahannya adalah tidak bisa mendeteksi homogenitas batuan di dekat permukaan yang bisa berpengaruh terhadap hasil perhitungan. Data yang didapat dari cara konfigurasi Wenner, sangat sulit untuk menghilangkan faktor non homogenitas batuan, sehingga hasil perhitungan menjadi kurang akurat.
2.      Konfigurasi Schlumberger
Pada konfigurasi Schlumberger idealnya jarak MN dibuat sekecil-kecilnya, sehingga jarak MN secara teoritis tidak berubah. Tetapi karena keterbatasan kepekaan alat ukur, maka ketika jarak AB sudah relatif besar maka jarak MN hendaknya dirubah. Perubahan jarak MN hendaknya tidak lebih besar dari 1/5 jarak AB.
http://ptbudie.files.wordpress.com/2010/12/konfigurasi-schlumberger.jpg?w=600&h=111
Kelemahan dari konfigurasi Schlumberger ini adalah pembacaan tegangan pada elektroda MN adalah lebih kecil terutama ketika jarak AB yang relatif jauh, sehingga diperlukan alat ukur multimeter yang mempunyai karakteristik ‘high impedance’ dengan akurasi tinggi yaitu yang bisa mendisplay tegangan minimal 4 digit atau 2 digit di belakang koma. Atau dengan cara lain diperlukan peralatan pengirim arus yang mempunyai tegangan listrik DC yang sangat tinggi.
Sedangkan keunggulan konfigurasi Schlumberger ini adalah kemampuan untuk mendeteksi adanya non-homogenitas lapisan batuan pada permukaan, yaitu dengan membandingkan nilai resistivitas semu ketika terjadi perubahan jarak elektroda MN/2.
Agar pembacaan tegangan pada elektroda MN bisa dipercaya, maka ketika jarak AB relatif besar hendaknya jarak elektroda MN juga diperbesar. Pertimbangan perubahan jarak elektroda MN terhadap jarak elektroda AB yaitu ketika pembacaan tegangan listrik pada multimeter sudah demikian kecil, misalnya 1.0 milliVolt.
Umumnya perubahan jarak MN bisa dilakukan bila telah tercapai perbandingan antara jarak MN berbanding jarak AB = 1 : 20. Perbandingan yang lebih kecil misalnya 1 : 50 bisa dilakukan bila mempunyai alat utama pengirim arus yang mempunyai keluaran tegangan listrik DC sangat besar, katakanlah 1000 Volt atau lebih, sehingga beda tegangan yang terukur pada elektroda MN tidak lebih kecil dari 1.0 milliVolt.
3.      Konfigurasi Wenner-Schlumberger
Konfigurasi ini merupakan perpaduan dari konfigurasi Wenner dan konfigurasi Schlumberger. Pada pengukuran dengan faktor spasi (n) = 1, konfigurasi Wenner-Schlumberger sama dengan pengukuran pada konfigurasi Wenner (jarak antar elektrode = a), namun pada pengukuran dengan n = 2 dan seterusnya, konfigurasi Wenner-Schlumberger sama dengan konfigurasi Schlumberger (jarak antara elektrode arus dan elektrode potensial lebih besar daripada jarak antar elektrode potensial).
http://trisusantosetiawan.files.wordpress.com/2011/01/ws.jpg?w=460&h=197 







Maka, berdasarkan gambar, faktor geometri pada konfigurasi Wenner-Schlumberger adalah
http://latex.codecogs.com/gif.latex?K=n%5Cleft%20%28%20n+1%20%5Cright%20%29%5Cpi%20a
Sehingga berlaku hubungan
http://latex.codecogs.com/gif.latex?%5Crho_%7Ba%7D=n%5Cleft%20%28%20n+1%20%5Cright%20%29%5Cpi%20a%5Cfrac%7B%5CDelta%20V%7D%7BI%7D














4.      Konvigurasi Dipole-Dipole
Pada konfigurasi Dipole-dipole, dua elektrode arus dan dua elektrode potensial ditempatkan terpisah dengan jarak na, sedangkan spasi masing-masing elektrode a. Pengukuran dilakukan dengan memindahkan elektrode potensial pada suatu penampang dengan elektrode arus tetap, kemudian pemindahan elektrode arus pada spasi n berikutnya diikuti oleh pemindahan elektrode potensial sepanjang lintasan seterusnya hingga pengukuran elektrode arus pada titik terakhir di lintasan itu.


http://trisusantosetiawan.files.wordpress.com/2011/01/dd.jpg?w=460&h=232
 










Sehingga berdasarkan gambar, maka faktor geometri untuk konfigurasi Dipole-dipole adalah
http://latex.codecogs.com/gif.latex?K=n%5Cleft%20%28%20n+1%20%5Cright%20%29%5Cleft%20%28%20n+2%20%5Cright%20%29%5Cpi%20a
Sehingga berlaku hubungan
http://latex.codecogs.com/gif.latex?%5Crho%20_%7Ba%7D=n%5Cleft%20%28%20n+1%20%5Cright%20%29%5Cleft%20%28%20n+2%20%5Cright%20%29%5Cpi%20a%5Cfrac%7B%5CDelta%20V%7D%7BI%7D






2.5  Noise Pada Metode Geolistrik
Noise dapat diartikan sebagai signal yang tidak diinginkan atau sebuah gangguan yang sama sekali tidak merepresentasikan data. Noise ini apabila terlalu banyak dapat menutupi data sebenarnya sehingga mengganggu dalam proses interpretasi. Noise ini dapat muncul dari alat yang digunakan, atau dari kondisi lingkungan ketika melakukan pengukuran.
























BAB III
PENUTUP

3.1  Simpulan
Dari pembahasan di atas dapat dimbil beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1.      Geolistrik merupakan salah satu metode geofisika untuk mengetahui perubahan tahanan jenis lapisan batuan di bawah permukaan tanah dengan cara mengalirkan arus listrik DC (‘Direct Current’) yang mempunyai tegangan tinggi ke dalam tanah.
2.      metode geolistrik yang sering digunakan adalah yang menggunakan 4 buah elektroda yang terletak dalamsatu garis lurus serta simetris terhadap titik tengah, yaitu 2 buah elektroda arus (AB) di bagian luar dan 2 buah elektroda ntegangan (MN) di bagian dalam.
3.      Geolistrik bisa untuk mendeteksi adanya lapisan tambang yang mempunyai kontras resistivitas dengan lapisan batuan pada bagian atas dan bawahnya.
4.      Metode geolistrik terdiri dari beberapa konfigurasi, misalnya yang ke 4 buah elektrodanya terletak dalam satu garis lurus dengan posisi elektroda AB dan MN yang simetris terhadap titik pusat pada kedua sisi yaitu konfigurasi Wenner dan Schlumberger.

3.2  Saran
Dari kesimpulan di atas maka penulis memiliki saran kepada pembaca untuk mencari sumber lain yang berhubungan dengan makalah ini guna menambah wawasan dan ilmu pengetahuan.

1 komentar: