Nama
: Agustina B. Mohamad
Nim : 451411067
Kelas : Geografi B
Tugas
: Pengantar Ilmu Pend. Geografi
A.
PENGERTIAN
PENDIDIKAN
Menurut Kamus Bahasa
Indonesia, 1991:232, Pendidikan berasal
dari kata “didik”, Lalu kata ini mendapat awalan kata “me” sehingga menjadi
“mendidik” artinya memelihara dan memberi latihan. Dalam memelihara dan memberi
latihan diperlukan adanya ajaran, tuntutan dan pimpinan mengenai akhlak dan kecerdasan
pikiran.
Menurut UU No.20 tahun
2003, tentang sistem Pendidikan Nasional,
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
B.
TEORI
PENDIDIKAN
Kurikulum memiliki keterkaitan yang
sangat erat dengan teori pendidikan. Suatu kurikulum disusun dengan mengacu
pada satu atau beberapa teori kurikulum dan teori kurikulum dijabarkan
berdasarkan teori pendidikan tertentu.Nana S. Sukmadinata (1997) mengemukakan 4
(empat ) teori pendidikan, yaitu :
1. Pendidikan
klasik
Teori pendidikan klasik
berlandaskan pada filsafat klasik, seperti Perenialisme, Eessensialisme, dan
Eksistensialisme dan memandang bahwa pendidikan berfungsi sebagai upaya
memelihara, mengawetkan dan meneruskan warisan budaya. Teori ini lebih
menekankan peranan isi pendidikan dari pada proses.
Isi pendidikan atau materi diambil
dari khazanah ilmu pengetahuan yang ditemukan dan dikembangkan para ahli tempo
dulu yang telah disusun secara logis dan sistematis. Dalam prakteknya, pendidik
mempunyai peranan besar dan lebih dominan, sedangkan peserta didik memiliki
peran yang pasif, sebagai penerima informasi dan tugas-tugas dari pendidik.
2. Pendidikan
pribadi
Teori pendidikan ini bertolak dari
asumsi bahwa sejak dilahirkan anak telah memiliki potensi-potensi tertentu. Pendidikan
harus dapat mengembangkan potensi-potensi yang dimiliki peserta didik dengan
bertolak dari kebutuhan dan minat peserta didik. Dalam hal ini, peserta didik
menjadi pelaku utama pendidikan, sedangkan pendidik hanya menempati posisi
kedua, yang lebih berperan sebagai pembimbing, pendorong, fasilitator dan
pelayan peserta didik.
Teori pendidikan pribadi menjadi
sumber bagi pengembangan model kurikulum humanis. yaitu suatu model kurikulum
yang bertujuan memperluas kesadaran diri dan mengurangi kerenggangan dan
keterasingan dari lingkungan dan proses aktualisasi diri. Kurikulum humanis
merupakan reaksi atas pendidikan yang lebih menekankan pada aspek intelektual
(kurikulum subjek akademis).
3. Teknologi
pendidikan
Teknologi pendidikan yaitu suatu konsep
pendidikan yang mempunyai persamaan dengan pendidikan klasik tentang peranan
pendidikan dalam menyampaikan informasi. Namun diantara keduanya ada yang
berbeda. Dalam teknologi pendidikan, lebih diutamakan adalah pembentukan dan
penguasaan kompetensi atau kemampuan-kemampuan praktis, bukan pengawetan dan
pemeliharaan budaya lama.
Dalam teori pendidikan ini, isi
pendidikan dipilih oleh tim ahli bidang-bidang khusus, berupa data-data
obyektif dan keterampilan-keterampilan yang yang mengarah kepada kemampuan
vocational . Isi disusun dalam bentuk desain program atau desain pengajaran dan
disampaikan dengan menggunakan bantuan media elektronika dan para peserta didik
belajar secara individual.
Peserta didik berusaha untuk
menguasai sejumlah besar bahan dan pola-pola kegiatan secara efisien tanpa
refleksi. Keterampilan-keterampilan barunya segera digunakan dalam masyarakat.
Guru berfungsi sebagai direktur belajar, lebih banyak tugas-tugas pengelolaan
dari pada penyampaian dan pendalaman bahan.
4. Pendidikan
interaksional
Pendidikan interaksional yaitu
suatu konsep pendidikan yang bertitik tolak dari pemikiran manusia sebagai
makhluk sosial yang senantiasa berinteraksi dan bekerja sama dengan manusia
lainnya. Pendidikan sebagai salah satu bentuk kehidupan juga berintikan kerja
sama dan interaksi. Dalam pendidikan interaksional menekankan interaksi dua
pihak dari guru kepada peserta didik dan dari peserta didik kepada guru.
Lebih dari itu, dalam teori
pendidikan ini, interaksi juga terjadi antara peserta didik dengan materi
pembelajaran dan dengan lingkungan, antara pemikiran manusia dengan
lingkungannya. Interaksi terjadi melalui berbagai bentuk dialog. Dalam
pendidikan interaksional, belajar lebih sekedar mempelajari fakta-fakta.
Peserta didik mengadakan pemahaman
eksperimental dari fakta-fakta tersebut, memberikan interpretasi yang bersifat
menyeluruh serta memahaminya dalam konteks kehidupan. Filsafat yang melandasi
pendidikan interaksional yaitu filsafat rekonstruksi sosial.
Ø Pendidikan
kejuruan
Pendidikan
kejuruan merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik
terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu. Bentuk satuan pendidikannya
adalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).
Ø Pendidikan
akademik
Pendidikan
akademik merupakan pendidikan tinggi program sarjana dan pascasarjana yang
diarahkan terutama pada penguasaan disiplin ilmu pengetahuan tertentu.
Ø Pendidikan
profesi
Pendidikan
profesi merupakan pendidikan tinggi setelah program sarjana yang mempersiapkan
peserta didik untuk memasuki suatu profesi atau menjadi seorang profesional.
Ø Pendidikan
vokasi
Pendidikan vokasi
merupakan pendidikan tinggi yang mempersiapkan peserta didik untuk memiliki
pekerjaan dengan keahlian terapan tertentu maksimal dalam jenjang diploma 4
setara dengan program sarjana (strata 1).
C. KOMPONEN-KOMPONEN PENDIDIKAN.
Setelah membahas konsiep-konsep
dasar pendidikan, timbullah pemikiran tentang hal-hal apakah yang terdapat
dalam proses pendidikan. Perhatian pada proses terjadinya pendidikan mengarahkan
pada pemikiran tentang komponen-komponen pendidikan. Komponen merupakan bagian
dari suatu sistem yang meiliki peran dalam keseluruhan berlangsungnya suatu
proses untuk mencapai tujuan sistem. Komponen pendidikan berarti bagian-bagian
dari sistem proses pendidikan, yang menentukan berhasil dan tidaknya atau ada
dan tidaknya proses pendidikan. Bahkan dapat diaktan bahwa untuk berlangsungnya
proses kerja pendidikan diperlukan keberadaan komponen-komponen tersebut.
Komponen-komponen
yang memungkinkan terjadinya proses pendidikan atau terlaksananya
proses mendidik
minimal terdiri dari 6 komponen, yaitu 1) tujuan pendidikan, 2) peserta didik,
3) isi pendidikan, dan 6) konteks yang memepengaruhi suasana pendidikan.
Berikut akan diuraikan satu persatu komponen-komponen tersebut.
D. FAKTOR-FAKTOR PENDIDIKAN
Dalam aktivitas ada enam faktor
pendidikan yang dapat membentuk pola interaksi atau saling
mempengaruhi. Adapun keenam faktor pendidikan tersebut, meliputi :
a.
faktor tujuan
Adalah
usaha pencapaian oleh peserta didik tentang hasil praktek pendidikan baik dilingkungan
keluarga, sekolah maupun masyarakat secara luas.
b.
faktor pendidikan
Dalam
hal ini kita dapat membedakan pendidikan itu menjadi 2 kategori, yaitu:
1. Pendidik menurut kodrati, yaitu orang
tua dan
2. Pendidik menurut jabatan yaitu guru.
c.
faktor peserta didik
Adalah
orang yang menerima pengaruh dari seseorang atau sekelompok orang yang menjalankan
kegiatan pendidikan. Peserta didik sebagai manusia yang belum dewasa merasa
tergantung kepada pendidikannya, peserta didik merasa bahwa ia memiliki kekurangan-kekurangan
tertentu, ia menyadari bahwa kemampuan masih sangat terbatas
dibandingkan denga kemampuan pendidiknya.
d.
faktor isi/materi pendidikan
yang
termasuk dalam arti / materi pendidikan ialah segala sesuatu oleh penddidk yang akan
langsung disampaikan kepada peserta didik.
e.
faktor metode pendidikan
Agar
interaksi dapat berlangsung baik dan tercapai tujuan, maka disamping dibutuhkan pemilihan
materi pendidikan yang tepat, perlu dipilih metode yang tepat pula. Metode adalah
cara menyampaikan materi untuk mencapai tujuan pendidikan.
f.
faktor lingkungan
Adalah
yamg meliputi kondisi dan alam dunia yang dengan cara-cara tertentu mempengaruhi
tingkah laku, pertumbuhan dan perkembangan manusia. Menurut Ki Hadjar
Dewantara ada lima asas dalam pendidikan yaitu : Asas kemerdekaan ; Memberikan
kemerdekaan kepada anak didik, tetapi bukan kebebasan yang leluasa, terbuka
(semau gue), melainkan kebebasan yang dituntun oleh kodrat alam, baik dalam kehidupan
individu maupun sebagai anggota masyarakat.
E. ASAS-ASAS PENDIDIKAN
1.
Asas Kodrat Alam; Pada dasarnya manusia itu sebagai makhluk yang menjadi satu dengan
kodrat alam, tidak dapat lepas dari aturan main (Sunatullah), tiap orang diberi keleluasaan,
dibiarkan, dibimbing untuk berkembang secara wajar menurut kodratnya.
2.
Asas Kebudayaan; Berakar dari kebudayaan bangsa, namun mengikuti kebudyaan luar
yang telah maju sesuai dengan jaman. Kemajuan dunia terus diikuti, namun kebudayaan
sendiri tetap menjadi acauan utama (jati diri).
3.
Asas Kabangsaan; Membina kesatuan kebangsaan, perasaan satu dalam suka dan duka,
perjuangan bangsa, dengan tetap menghargai bangsa lain, menciptakan keserasian dengan
bangsa lain.
4.
Asas kemanusiaan; Mendidik anak menjadi manusia yang manusiawi sesuai dengan kodratnya
sebagai makhluk Tuhan.
F.
ALIRAN
KLASIK DALAM PENDIDIKAN
Aliran-aliran klasik yang dimaksud
adalah aliran empirisme, nativisme, naturalisme, dan konvergensi. Sampai saat
ini aliran aliran tersebut masih sering digunakan walaupun dengan
pengembangan-pengembangan yang disesuaikan dengan perkembangan zaman.
a.
Aliran Empirisme
Aliran
empirisme bertolak dari Lockean Tradition yang mementingkan stimulsi eksternal
dalam perkembangan manusia, dan menyatakan bahwa perkembangan manusia, dan
menyatakan bahwa perkembangan anak tergantung kepada lingkungan, sedangkan
pembawaan tidak dipentingkan. Pengalaman yang diproleh anak dalam kehidupan
sehari-
hari
didapat dari dunia sekitarnya yang berupa stimulan-stimulan. Stimulasi ini
berasal dari alam bebas ataupun diciptakan oleh orang dewasa dalam bentuk
pendidikan. Tokoh perintisnya adalah John Locke.
b.
Aliran Nativisme
Aliran
Nativisme bertolak dari Leinitzian Tradition yang menekankan kemampuan dalam
diri anak, sehingga faktor lingkungan termasuk faktor pendidikan, kurang
berpengaruh terhadap perkembangan anak. Hasil prkembangan tersebut ditentukan
oleh pembawaan yang sudah diperoleh sejak kelahiran. Lingkungan kurang
berpengaruh terhadap dan pendidikan anak.
c.
Aliran Naturalisme
Aliran
ini dipelopori oleh J.J Rosseau. Rosseau berpendapat bahwasemua anak baru
dilahirkan mempunyai pembawaan BAIK. Pembawaan baik akan menjadi rusak karena
dipengaruhi lingkungan. Pendidikan yang diberikan orang dewasa malah dapat
merusak pembawaan baik anak itu.
d.
Aliran Konvergensi
Aliran
Konvergensi dipelopori oleh Wlliam Stern, ia berpendapat bahwa seorang anak
dilahirkan di dumia sudah disertai pembawaan baik maupun pembawaan buruk.
Proses perkembangan anak, baik faktor pembawaan maupun faktor lingkungan sama
sama mempunyai peranan sangat penting. Bakat yang dibawa pada waktu lahir tidak
akan
berkembang
dengan baik tanpa adanya dukungan lingkungan sesuai untuk perkembangan anak
itu.
e.Pengaruh
Aliran Klasik terhadap Pemikiran dan Praktek Pendidikan di Indonesia
G. TEORI-TEORI PENDIDIKAN
Teori pendidikan adalah suatu teori
yang mengemukan mengenai hal-hal yang
berkaitan
dengan pendidikan, misalnya mengenai kurikulum, kegiatan belajar, proses
pengajaran,
sistem belajar dan lain-lain.
Dalam
hal ini kurikulum memiliki keterkaitan yang erat dengan teori pendidikan. Ada
empat
macam teori pendidikan, seperti berikut ini :
1. Pendidikan
Klasik
Teori
pendidikan klasik berlandaskan pada filsafat klasik, yang memandang bahwa
pendidikan berfungsi sebagai upaya memelihara, mengawetkan dan meneruskan
warisan budaya. Teori pendidikan ini lebih menekankan peranan isi pendidikan
dari pada prosesnya. Isi pendidikan atau bahan pengajaran diambil dari sari
ilmu pengetahuan yang telah ditemukan dan dikembangkan oleh para ahli di bidangnya
dan disusun secara logis dan sistematis. Misalnya teori fisika, biologi,
matematika, bahasa, sejarah dan sebagainya.
2. Pendidikan
Pribadi
Teori
pendidikan ini berasal dari sebuah asumsi bahwa anak telah memiliki potensi-potensi tertentu
semenjak dia dilahirkan. Pendidikan yang didapat oleh anak selanjutnya harus
disesuaikan dengan latar belakang dan minat si anak sebagai pelaku utama
pendidikan. Guru hanya bersifat membimbing dan pendorong semangat belajar anak.
Ada anak yang tidak suka belajar dalam kelas tapi sekali dia melihat guru
sedang menerangkan pasti langsung terserap dalam otaknya. Tanpa perlu
penjelasan terlalu dalam dia bisa menyerap semua pelajaran dengan mudah.
3. Teknologi
dalam Pendidikan
Dalam
proses pendidikan tentunya ada proses penyampaian informasi dari seorang guru
kepada muridnya. Dalam hal ini teknologi berperan untuk meningkatkan kinerja
para pendidik dalam menyampaikan informasi itu. Teori pendidikan dalam
teknologi lebih mengutamakan pembentukan dan penguasaan kompetensi atau kemampuan-kemampuan
praktis. Jadi dalam teknologi pendidikan budaya lama dalam pendidikan itu
sendiri akan berkembang atau berubah menjadi baru. Teknologi dalam pendidikan
bertujuan untuk mengembangkan cara baru dalam proses pembelajaran sehingga anak
akan terbatu dengan lebih cepat dalam mencapai tujuan pendidikan. Misalnya
melalui, buku atau elektronik seperti newsletter atau email.
4. Pendidikan
interaksional
Teori pendidikan
interaksional adalah suatu konsep pendidikan yang memiliki latar belakang
pemikiran manusia sebagai makhluk sosial yang senantiasa berinteraksi dan
bekerja sama dengan manusia lainnya. Dalam pendidikan juga terdapat proses
interaksi yang terjadi antara guru, anak didik dan lingkungan tempat
pembelajaran itu terjadi. Pendidikan interaksional menjadi sumber utama untuk
menghadapkan anak didik pada kurikulum yang bersifat tantangan, hambatan dan
gangguan yang dihadapi oleh manusia. Anak akan bekerjasama mencari pemecahan
masalah yang tepat bersama dengan anak lain dan lingkungannya.
H. ISU-ISU PENDIDIKAN
Banyak orang mendiskusikan isu-isu
mutakhir yang lebih fundamental. Banyak isu kritis yang patut menjadi tema
kajian. Dalam artikel ini hanya disajikan tiga isu sentral: i) peningkatan
mutu, ii) pemerataan akses, dan iii) efisiensi anggaran.
a) Mutu
pendidikan
Isu mutu pendidikan terkait (i)
kualitas guru dan tenaga kependidikan (kepala sekolah, pengawas, penilik), (ii)
kurikulum pengajaran, (iii) metode pembelajaran, (iv) bahan ajar, (v) alat
bantu pembelajaran, dan (vi) manajemen sekolah. Keenam elemen ini saling
berkait dalam upaya meningkatkan kualitas belajar-mengajar, yang berpuncak pada
peningkatan mutu pendidikan.Namun, guru tetap merupakan faktor determinan dalam
menentukan tinggi-rendahnya mutu pendidikan. Jumlah total guru sekitar 2,4 juta
orang, sebagian besar berlatar belakang pendidikan SLTA dan D3 untuk jenjang
TK-SD-SMP, dan sebagian kecil tamatan S1 untuk jenjang SM. Tentu saja ini
berpengaruh pada kemampuan mengajar, yang diukur dengan penguasaan materi
pelajaran dan metodologi pengajaran.
b) Pemerataan
akses
Pemerataan pendidikan merupakan isu
paling kritis karena berkait erat dengan isu sensitif, yakni keadilan dalam
memperoleh akses pendidikan. Memperoleh pendidikan yang layak merupakan hak
asasi setiap warga bangsa yang dijamin konstitusi. Maka, pemerintah wajib
memberi pelayanan pendidikan yang baik kepada seluruh masyarakat. Keberhasilan
pelayanan pendidikan dapat dilihat dari angka partisipasi..
c) Efisiensi
anggaran
Rendahnya alokasi anggaran
pendidikan selalu mengemuka dalam perdebatan publik. Banyak pihak menuntut agar
alokasi anggaran pendidikan dinaikkan guna mencapai tujuan (1) meningkatkan
mutu dan (2) memperluas akses (pemerataan). Pemerintah telah memberi komitmen
untuk meningkatkan anggaran pendidikan secara bertahap agar mencapai 20 persen
dari APBN.
Inilah tiga isu sentral pendidikan
yang harus menjadi fokus perhatian bagi para capres yang
kini sedang berlaga dalam pemilu presidensial. Peningkatan mutu pendidikan amat penting
guna melahirkan lulusan yang berkualitas dengan standar kompetensi tinggi sehingga
siap menghadapi kompetisi global. Pemerataan pendidikan amat kritikal untuk menjamin
keadilan, terutama bagi masyarakat miskin dalam memperoleh kesempatan pendidikan.
Efisiensi anggaran harus dilakukan guna memastikan pemanfaatan dana secara
benar untuk menghindari misalokasi, salah sasaran, dan kebocoran.
I. HUBUNGAN MANUSIA DENGAN PENDIDIKAN
Pendidikan adalah proses penyesuian
diri secara timbal balik antara manusia dengan
alam,
dengan sesama manusia atau juga pengembangan dan penyempurnaan secara teratur
dari semua potensi moral, intelektual, dan jasmaniah manusia oleh dan untuk kepentingan
pribadi dirinya dan masyarakat yang ditujukan untuk kepentingan tersebut dalam
hubungannya dengan Allah Yang Maha Pencipta sebagai tujuan akhir. Ahmad D.
Marimba mengatakan bahwa, “Pendidikan adalah bimbingan secara sadar oleh si
pendidik terhadap si terdidik dalam hal perkembangan jasmani dan rohani menuju
terbentuknya kepribadian yang utama.Dalam tujuan Pendidikan Nasional disebutkan
bahwa pendidikan ditujukan untuk menghasilkan manusia yang berkualitas yang
dideskripsikan dengan jelas dalam UU No. 2 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas)
dan Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) 1993, yaitu manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian,
mandiri, maju, tangguh, cerdas, kreatif, terampil, berdisiplin, beretos kerja,
profesional, bertanggung jawab, dan produktif serta sehat jasmani dan rohani, berjiwa
patriotik, cinta tanah air, mempunyai semangat kebangsaan, kesetiakawanan sosial,
kesadaran pada sejarah bangsa, menghargai jasa pahlawan, dan berorientasi pada masa
depan.
Pendidikan tidak hanya untuk kepentingan
individu atau pribadi, tetapi juga untuk kepentingan
masyarakat. Hal ini sesuai dengan tujuan pendidikan yang tercantum dalam Undang-Undang
Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) dan Peraturan Pemerintah (PP) No.
29 Tahun 1990. Selain pendidikan dipusatkan untuk membina kepribadian manusia, pendidikan
juga diperuntukkan guna pembinaan masyarakat. Pendidikan adalah proses
penyesuian diri secara timbal balik antara manusia dengan alam, dengan sesama
manusia atau juga pengembangan dan penyempurnaan secara teratur dari semua
potensi moral, intelektual, dan jasmaniah manusia oleh dan untuk kepentingan
pribadi dirinya dan masyarakat yang ditujukan untuk kepentingan tersebut dalam
hubungannya dengan Sang Maha Pencipta sebagai tujuan akhir.
Pendidikan mutlak harus ada pada
manusia, karena pendidikan merupakan hakikat hidup
dan kehidupan. Pendidikan berguna untuk membina kepribadian manusia. Dengan
pendidikan maka terbentuklah pribadi yang baik sehingga di dalam pergaulan dengan
manusia lain, individu dapat hidup dengan tenang. Pendidikan membantu agar tiap
individu mampu menjadi anggota kesatuan sosial manusia tanpa kehilangan pribadinya
masing-masing. Pada hakikatnya pendidikan menjadi tanggung jawab bersama, yakni
keluarga, masyarakat,
dan sekolah/ lembaga pendidikan. Keluarga sebagai lembaga pertama dan utama
pendidikan, masyarakat sebagai tempat berkembangnya pendidikan, dan sekolah sebagai
lembaga formal dalam pendidikan. Pendidikan keluarga sebagai peletak dasar pembentukan
kepribadian anak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar